when thinking cannot SOLVE your PROBLEM, REMEMBER a sincere DUA can.

Tuesday, September 17, 2013

sleep.alarm.daily.friends.



Akhirnya setelah beberapa hari tidak memiliki kualitas tidur yang baik, hari ini mendapatkan kenyenyakan tidur yang lumayan sampai-sampai tidak mendengar alarm berbunyi. Secara alarm saya bernada untuk menidurkan orang kembali. Slow and soft. 


Saya tidak suka alarm yang bernada mengagetkan, dapat dipastikan saya langsung mematikan alarm, saking palaknya. Saya pernah pasang alarm dengan nada mengejutkan ketika saya memiliki banyak tugas tetapi saya mengantuk sekali, saya ingin tidur sebentar. Karena takut tidak terbangun, maka saya pasang alarm yang bisa membuat saya langsung cas kembali, ternyata begitu alarm berbunyi, saya terbangun dan tangan saya otomatis memencet tombol dismiss dan mencampakkan hape yang saya pasangin alarm. 


Saya termasuk mudah terbangun dengan suara apapun kecuali saya memang sengaja tidak ingin bangun (sebenarnya sudah bangun tapi gak perduli lanjut tidur lagi). Makanya kalau tidur sama teman-teman atau keluarga, saya selalu terbangun karena alarm mereka, bayangkan saja misalnya saya tidur sama teman-teman kos saya yang kadang jumlahnya suka sampai 5 orang dan kesemuanya pasang alarm di waktu bersamaan pulak dengan nada yang berbeda-beda, gimana mau enak tidur?! *ngek


Biasanya saya kebangun dan langsung meraba-raba sekitar tempat tidur atau mencari cahaya hape karena lampu kamar dimatikan kemudian langsung saya matikan, bukan snooze lagi. Alhasil pas paginya teman saya nanya kenapa alarmnya gak bunyi. 


Maka tidak perlu alarm semenggebu-gebunya untuk membangunkan saya, yang ada saya malah palak dan melanjutkan tidur kembali. Selama ini alarm saya selalu bernada lembut, kalau bisa memiliki intro berupa instrument, tapi bukan drum atau bass ya -_- 
Tapi memang gawatnya kalau saya sudah kecapean dan mengantuk sekali, alarm bernada seperti itu sama sekali tidak saya perdulikan sehingga sering kebablasan.


Kembali ke mengapa saya tidak memiliki tidur yang baik beberapa hari ini, saya juga tidak mengerti secara pasti apa penyebabnya. Bisa jadi karena saya kebanyakan tidur atau stress banyak pikiran. Pada waktu kuliah, saya juga sering  mengalami hal seperti ini, penyebabnya adalah karena saya memiliki beberapa tugas yang belum diselesaikan. Biasanya tidurnya tidak enak dan tidak nyenyak, ketika tidur yang dipikirkan tugas bahkan terbawa sampai ke mimpi.


Saya tidak bisa tidur kalau pekerjaan saya belum selesai tapi semenjak kuliah kebiasaan-kebiasaan saya mulai berubah. Yang dulunya ketika sekolah saya pasti sudah selesai semua PR baru tidur, pada saat kuliah saya malah sering mengumpulkan tugas yang belum selesai total. Saya juga tidak mengerti titik selesai dari tugas kuliah itu sampai mana. Karena tugas-tugasnya bukanlah seperti waktu sekolah, diberi 5 soal lalu kita kerjakan semuanya, berarti sudah selesai.  


Waktu awal-awal masuk kuliah saya masih bisa mempertahankan kebiasaan saya tidak akan tidur sebelum tugas selesai. Saya pernah tidak tidur selama dua hari, mengingat apabila tugas saya tersebut tidak bisa selesai dalam waktu satu hari apalagi kalau ditambah dengan adanya waktu tidur. Tapi setelah mengetahui hasil yang saya dapat tidak sesuai dengan pengorbanan saya tersebut, semangat saya jadi menciut. Semenjak itu saya tidak pernah sampai tidak tidur selama dua hari gara-gara tugas. 


Saya malah sering tidur dulu, kemudian lanjut mengerjakan tugas. Tapi hal tersebut tidak terlalu manjur karena malah membawa saya tidur kebablasan, maka saya kembali ke kebiasaan awal. Yang membuat sedikit berbeda adalah sewaktu sekolah, saya tidur kalau tugas semua sudah benar-benar selesai, ketika kuliah saya tidur kalau tugas selesai karena ”diselesai-selesaikan”. Karena tugas kuliah saya memiliki penilaian yang relatif dan tidak memiliki kepastian pendapat. Hari ini dosen bilang ini, besoknya dosen bilang itu. Jadi saya harus terlatih untuk mengetahui batas selesainya tugas saya. Karena kalau tetap mempertahankan keperfeksionisan bisa-bisa selalu merasa tidak memiliki cukup waktu.

Sekarang saya heran kenapa saya merasakan tidur yang tidak enak itu kembali, padahal saya tidak dibebani tugas kuliah. Mungkin yaa mungkin! Saya sudah terlalu bosan berada di rumah terus. Bukannya tidak senang berkumpul bersama keluarga, tapi berada di rumah terus yang mana sedikit banyaknya kebutuhan saya bisa langsung terpenuhi dan urusan-urusan tidak saya yang mengurus sendiri. Saya merasa menjadi tidak mandiri. Saya jadi menunggu disuruh dulu untuk melakukan sesuatu. 


Saya kangen berkumpul bersama teman-teman. Saya lebih banyak diam di rumah sekarang. Saya bukan tipe orang yang memiliki banyak pembicaraan dengan orangtua. Saya merasa sering tidak nyambung dan kurang didengarkan. Saya juga sering becerita dengan adik-adik, tapi sekarang si rino sudah tidak tinggal di rumah jadi kadang Cuma cerita sama avi. 


Bukannya tidak mau memiliki banyak cerita dengan si avi tetapi saya harus memilih cerita yang sesuai dengan usia si avi. Problem saya sepertinya tidak cocok untuk menjadi pikirannya si avi. saya tahu dia pasti mengerti, tapi rasanya kasihan sekali untuk dia diikutsertakan mengurangi beban pikiran ini. 


Makanya saya ingin sekali kumpul dengan teman-teman. Kalau Cuma telepon dan sms rasanya kurang puas. Saya tidak bisa menunjukkan ekspresi jiwa dan raga ini. saya jadinya terlihat seperti orang yang kesepian dan sangat butuh teman. Hahha yeah,it’s true!


Karena selama ini saya memiliki teman-teman yang tak habis-habisnya memenuhi kosan. Suasana ramai seperti itu sangat merindukan.  Tidak ada yang disimpan dan dipendam sendiri dalam waktu lama. Pasti tergoda untuk mengeluarkan semua kekesalan dan kesenangan kepada mereka. Saya merasa mereka lebih mengerti saya ketimbang keluarga saya, mungkin karena setiap hari dari kampus hingga tidur selalu bersama. bogoshipeoyeo chingunyoong!


Inti postingan ini adalah saya baru saja mengalami tidur yang tidak berkualitas yang memiliki banyak kemungkinan untuk dijadikan penyebab, salah satunya karena saya bosan berada di rumah dan juga kangen berkumpul dengan teman-teman.  Juga ada sedikit cerita mengenai nada alarm saya yang agak sedikit aneh untuk dijadikan sebagai alarm serta kebiasaan yang telah berubah semenjak kuliah. Hahaha apasih?! *selamatmembaca*
0

Friday, September 13, 2013

Papa!



Papa sudah memasuki usia yang ke-60 tahun. Umur yang sudah tidak muda lagi. Alhamdulillah Papa masih sehat. Masih bisa bantuin mama ngangkat ini-itu yang berat-berat pas mama belanja. Masih mau repot-repot ngurusin urusan anak-anaknya kesana-kemari. Dan masih eksis neleponin sanak keluarga dan juga teman-temanya bahkan teman-teman saya berikut orangtuanya. 
 
Yah papa saya ini sangat hobi berbicara. Kalau ada kesempatan susah memberhentikannya, bahkan lagi nontonpun entah itu berita atau sinetron pasti ikut berkomentar, jadi kadang susah mau fokus sama tv apa sama omongan papa. Herannya semua bidang bisa masuk ke otak papa, semuanya bisa didiskusikan sama papa. Kadang kalau lagi ngobrol sama papa, papa suka tiba-tiba ngebahas masalah yang sama sekali saya gak ngerti, saya paling ngangguk-ngangguk aja dengan ekspresi senyum-senyum longor. Toh, papa juga gak ngeliat ekspresi saya. 

Papa memiliki masalah pada penglihatannya. Papa tidak bisa melihat dengan jelas lagi disebabkan penyakit gula yang dideritanya. papa hanya hapal suara dan siluet bentuk tubuh seseorang untuk mengenali orang. Kalau wajah sudah tentu papa tidak bisa lagi melihat dengan jelas, buram katanya. Makanya kalau ketemu papa dijalan diwajibkan memanggil atau menyapanya, kalau tidak yaudah bakal dilewatin aja. jangan disangkain sombong ya :)

Pernah waktu mama pergi belanja sendirian dan tumben enggak minta jemput, waktu itu mama lagi nunggu di pinggir jalan.  Kebetulan papa lewat naik motor, karena papa gak ngelihat dengan jelas dan mama juga telat manggil, papa berlalu begitu saja. Swiii~~~ng! Pasti gondok sekali si mama, tapi karena tau keadaan papa gimana jadi lucu aja.

Nah, jadi kalau lagi ngobrol berdua sama papa, misalnya saya lagi dimarahain atau diceramahin dan saya agak tidak suka dengan isi ceramahnya, ngedumel dengan memonyong-monyongkan bibir atau memasang tampang lapet tidak apa-apa. Bandal! Bahkan saya tidak malu joged-joged meskipun ada papa -__-

Meskipun papa tidak bisa melihat dengan jelas lagi tapi papa masih bisa mengendarai motor dan mobil kalau hari masih terang. Kadang kalau kepepet si avi minta jemput di rumah kawannya dan gak ada yang bisa jemput, papa juga masih bisa bawa motor malam-malam. Ngelihat sekali sih tidak, lebih ke feeling katanya. Kalau orang lain yang denger pasti ngerasa seram. Karena saya sudah biasa kemana-mana sama papa dan alhamdulillah aman-aman saja, saya percaya 100% sama papa. Malah lebih seram kalau dibonceng Rino! Kalau untuk situasi jalanan sepertinya papa masih bisa lihat meski hanya berupa siluet. 

Kurangnya penglihatan tidak mengurangi semangat papa untuk berkegiatan. Papa hobi sekali main tanah (anak kecil kali ya?) seperti ngerapiin tanaman-tanaman dipinggir jalan, kebetulan rumah kami di pinggir jalan. Papa juga aktif ngeladang dan entah sudah berapa kali panen, hasil ladangnya antara lain, pepaya, sirsak, pisang, sayur-sayuran, cabe, dll. Pernah waktu pisangnya hilang satu apa dua tandan gitu, sepertinya stress sekali sampai-sampai jadi topik utama dalam pembicaraan papa sama orang-orang. Untung juga papa punya hobi seperti itu, jadi banyak pergerakan sehingga penyakit tidak semakin bertambah di dalam tubuh papa.

Selain itu papa juga masih hobi smsan dan gak tanggung-tanggung kalau sms banyak kali kata-katanya dan dibalas dengan cepat. Karena dokter bilang sudah tidak ada kacamata yang cocok buat mata papa maka papa dikasi alat bantu baca seperti kacamata pembesar. Jadi alat itulah yang membantu papa untuk membaca koran/sms dan mengetik sms.

Belakangan ini setelah saya lulus dan si rino masuk kuliah, papa tetap kami sibukkan untuk membantu kami. Untuk si rino papa rela mengorbankan waktunya meladang demi menemani anak emas mama ini selama ospek. Karena mama yang terlalu khawatir apabila si rino ditinggal langsung sehingga saya dan papa didaulat untuk ngurusin dia. 

Saya pikir selama ini Cuma mama saja yang sangat perhatian sama si rino mengingat papa tidak terlalu dekat dengan rino. Papa sempat berprinsip untuk gak pernah nyuruh-nyuruh rino, saking susahnya dia dimintai pertolongan. Ternyata selama mengurus si rino, papa yang heboh membelikan segala keperluan yang bahkan tidak terpikirkan oleh mama seperti beli jas hujan, bagusin pernak-pernik motor (mana ngerti si rino kalau ada apa-apa), paku, bahkan benang jahit, siapa tau ada baju yang koyak, jadi bisa jahit sendiri. Papa juga mengantar-jemput rino selama ospek. Mana kampusnya lumayan jauh dari tempat kosnya. Oke! Papa juga sayang sama rino dan dia rino musti tau itu!

Kalau untuk saya, banyak sekali hal-hal yang sudah dilakukan oleh papa. Saya termasuk anak kesayangan papa, DULU, secara masih saya anak satu-satunya dan sebelum ada AVI. setiap kali ke pesta pasti saya selalu jadi korban untuk menemani papa karena mama biasanya sedang kerja atau males ikut. Papa sering nyuruh saya ambilin makanan ini-itu dan itu bukan hanya sekali sehingga mengharuskan saya mondar-mandir. -__-
Saya tipe pemalu dan males sekali kalau papa sudah seperti itu. Untunglah ada si avi yang memang tidak punya malu, jadi cocok berkonco sama papa! Hahaha

Papa dan mama memang memiliki porsi perhatian yang berbeda. Tapi saya rasa papa lebih detail. Sewaktu saya kuliah di Palembang , papa tidak lepas menanyakan kabar saya, kabar cuaca, dan kabar teman-teman sekosan saya. hebatnya papa mengingat semua nama teman-teman saya, yang bahkan dia belum pernah temui. Biasanya habis telponan si papa minta nomor telpon teman-teman saya. kalau orang lain pasti berpikir papa saya getek kali, saya juga sempat bilang gitu. hahaha
Tapi maksud papa saya memang baik, ingin berteman dengan teman anaknya. Jadi kalau-kalau saya tidak bisa dihubungi , papa bisa menghubungi teman-teman saya. tidak hanya itu saja, papa saya punya tujuan mulia untuk berkenalan juga sama orangtua dari teman saya tersebut. Maka setelah ngobrol sama teman saya, papa minta nomor orangtuanya. Hal ini juga berlaku pada rino dan avi.

Papa memang sangat berjiwa sosial. Salut sekali! Tapi herannya dua anaknya, yaitu saya dan rino tidak mengikuti jejak beliau. Kami berdua cenderung bertipikal muka lapet dan tidak suka berada di keramaian. Kalau AVI, tidak tau bilang. Hmmm..

Dengan sifat seperti itu papa semakin bertambah temannya. Gak heran, waktu papa datang pas acara wisuda saya dan menginap di kosan saya, papa sudah kenal sama tetangga sebelah kanan-depan-belakang, sebelah kiri tidak itupun karena tanah kosong tapi disitu ada pos kamling dan sering ada yang duduk-duduk, sama mereka papa juga sudah bercerita kesana-kemari. Sedangkan saya yang sudah bertahun-tahun disana tidak kenal sama tetangga. -_-

Tiada hari tanpa ngobrol. Papa berhenti ngobrol kalau lagi tidur, ngeladang, dan sesak boker. Pernah waktu dalam perjalanan dengan mengendarai mobil, papa sebelumnya asik bertelponan tapi tiba-tiba jadi pendiam dan menyuruh berhenti kalau ada pom bensin, sakit perutnya! Araa~

Belakangan ini papa sering saya heppotkan dengan urusan surat-surat saya untuk melamar pekerjaan. Malah papa yang sering mengingatkan. Entah kenapa saya pemalas sekali sekarang bahkan untuk mengurus urusan sendiripun saya malas. Kami pergi ke kantor ini kemudian disuruh ke kantor itu dan habis dari kantor ini disuruh ke tempat sana kemudian kembali lagi ke kantor ini, begitulah prosedur urus-mengurus surat di Indonesia ini. kurang tau juga sih kalau di luar indonesia bagaimana.

Kadang-kadang si papa sekalian bawa saya jalan-jalan keliling siantar. Daripada kerja saya tidur-tiduran aja, mungkin gitu kali ya pikir papa. Akhirnya selama masa pengangguran saya ini saya menemukan beberapa tempat yang belum pernah saya singgahi atau lewati di siantar. Ngakunya siantar man! 

Andai saja waktu kuliah dulu saya tinggal sama orangtua. Tentu segala hal akan saya gantungkan pada papa. Apalagi kadang-kadang tugas kuliah saya suka menyerempet ke “nguli”, ke panglonglah, tukang kacalah sampai ngais-ngais sisa potongan kayu demi sesuap serbuk kayu halus. Kalau ada papa kan, bisa papa yang ngurusin semua. Tapi itulah memang indahnya kuliah jauh dari orangtua, kita jadi mandiri. Dan sekarang setelah lulus saya kembali ke rumah menjadi tidak mandiri. Karena apa-apa saya bisa minta tolong siapa-siapa -__-

Tapi apapun yang terjadi, saya tetap harus mensyukuri apa yang terjadi pada diri Saya. saya bersyukur Papa masih bisa bersma mama, saya dan adik-adik. Papa masih bisa diajak bercanda, berdiskusi, dan jalan-jalan. 

Saya juga sudah besar begini masih hobi melawan, tidak memberikan contoh yang baik sama adik-adik. Saya juga sering berbicara dengan suara yang keras sama papa. Bagaimanapun sikap saya ke papa, saya sebenarnya sayang sama papa hanya saja tidak tau bagaimana cara mengungkapkannya.

Saya harap papa panjang umur dalam kebaikan dan selalu diberikan kesehatan oleh Allah SWT. Aamiin. 


0

Tuesday, September 10, 2013

i am NOW (2)

Setelah pengumuman beasiswa film itu saya mulai masukin lamaran lagi ke perusahaan-perusahaan yang lagi buka lowongan pekerjaan. Saya mengirim lamaran lewat internet, karena pada saat itu saya sedang menemani adik saya dalam rangka ospek di aceh. 

Oia, adik saya si rino sudah kuliah sekarang. Dia kuliah di jurusan ilmu komunikasi, pertama kali jauh dari orangtua, yang pastinya membuat mama dan papa khawatir. Makanya ospek aja dia ditemenin -___-
Kangen juga sama tulisan dia di blog, sayang blognya udah lama gak di update. (tadi pas mau buka blognya lagi, kok blog tidak ditemukan ya?). Nanti saya akan buat cerita khusus tentang adik saya ini.


Lanjut ke cerita awal. saya masukin semua lamaran yang tentunya sesuai dengan apa yang saya minta di situs pencarian pekerjaan. Saya berlangganan situs tersebut melalui email, jadi setiap ada pekerjaan yang sesuai dengan permintaan saya, mereka langsung mengirimkannya ke email ke saya. 


Kira-kira setelah pengumpulan skrip  untuk beasiswa film sampai pengumuman sudah lama tidak membuka email dari mereka, saya belum mau memikirkan pekerjaan pada saat itu. Saya terfokus pada beasiswa. Alhasil banyak sekali email dari mereka yang belum saya baca, total hampir 20 pekerjaan yang saya lamar pada saat itu juga. Kalap! Enggak juga, emang sesuai dengan apa yang saya harapkan. Ada si yang nekat, saya melamar kerja ke Bali. Siapa tau aja dipanggil wawancara. Kan bisa sekalian liburan! Haha! 


Tidak sampai seminggu ada email masuk untuk panggilan wawancara. Wow! Sebegitu cepatkah. Mereka minta esok harinya untuk wawancara dan perusahaan tersebut berada di jakarta. What’s?! Mana mungkin bisa, pikir saya. 


Sempat terbersit untuk tidak usah memberitahukan bahwa saya tidak mungkin hadir. Rasanya lucu saja saya harus me-reply email mereka yang formal lalu mengatakan saya tidak bisa hadir karena saya belum beli tiket ke Jakarta.Tapi tiba-tiba saya merasa seperti sombong sekali, mereka sudah mengundang, itu juga karena saya yang minta diundang, masa saat tidak bisa hadir, saya tidak mengkonfirmasi. Baiklah, dengan kemampuan berbahasa formal yang tidak begitu baik saya balas email mereka. SEND! 


Tidak membutuhkan waktu yang lama untuk menunggu balasan dari mereka, jadi saya gak perlu was-was terlalu lama memikirkan kata-kata saya di email balasan, pantas atau tidak. Ternyata mereka sangat berterimakasih atas respon baik dari saya yang mau mengkonfirmasi kehadiran saya dan mereka meberikan saya kesempatan untuk datang wawancara sampai hari terakhir mereka mengadakan wawancara, yaitu seminggu setelah hari tersebut. 


Sayang sekali, sepertinya saya tidak bisa. Mengingat harga tiket lagi mahal dan itu baru wawancara belum tentu lolos kerja. Yah mungkin memang belum rezeki. Saya berencana untuk tinggal beberapa bulan di Jakarta selama pencarian kerja. Karena memang pekerjaan yang sesuai dengan background pendidikan yang saya punya banyaknya di kota-kota besar, jakarta sudah pasti gudangnya. Bukannya sok atau tidak mau kerja di Siantar atau di Medan, tapi lowongan disini sangat sedikit. 


Kalau saya sudah tinggal di jakarta kan saat ada panggilan wawancara saya tidak perlu khawatir tidak bisa datang. Yah, itu masih rencana. Semoga saya bisa segera bekerja! Saya ingin memiliki waktu yang produktif! Bagaimanapun hari-hari yang saya jalanin saat ini juga menyenangkan, walaupun gak ngapa-ngapain sebenarnya.. 


kan Doing nothing is the key to happiness! Haha bener gak ya? Semoga la yaa~ .aamiin.
0

Monday, September 09, 2013

i am NOW.. (1)

Ya saya sekarang sedang galau karena saya sudah enam bulan menganggur setelah lulus dari jurusan teknik arsitektur bulan maret 2013 kemaren. Mungkin sebagian anda berpikiran saya terlalu berlebihan, baru enam bulan saja sudah galau, bagaimana dengan orang yang sudah bertahun-tahun belum juga mendapatkan pekerjaan. Tetapi masalah saya bukan sampai disitu saja. Ada bumbu-bumbu lain yang menambah galau naik setingkat menjadi stress dan kemudian sempat timbul pikiran bahwa aku ini tidak berguna.


Hal ini karena setelah lulus saya langsung pulang kampung ke siantar, pikiran saya waktu itu hanya ingin berkumpul bersama keluarga dan ingin jauh-jauh dari yang namanya kehidupan kampus. Waktu ditanya soal pekerjaan sama orang-orang, saya bilang saya mau santai dulu sebentar. Ternyata jadinya agak kelamaan. Kenapa? Karena teman-teman yang lulusnya barengan sama saya sudah memiliki pekerjaan semua, mereka memang sudah komitmen setelah lulus langsung cari kerja. Dan bahkan teman yang lulusnya periode setelah saya sudah ada yang bekerja! Oh my god! Saya senang mendengar kabar dari mereka, karena mereka juga teman-teman saya. Tapi di dalam hati kecil ini seperti ingin berteriak. Aku iri sekali. Kenapa aku belum? Ya jelas belum, Saya menjawab sendiri pertanyaan tadi. Saya tidak melamar kemanapun pada saat itu. Memang pada saat itu saya masih santai saja, ngapain saya berharap dapat panggilan kerja sedangkan saya tidak melamar kemanapun.


Sampailah Saya berpikiran untuk memulai mencari pekerjaan baik di internet maupun koran. Ini juga karena ada ajakan dari icha, saudara saya yang statusnya sama dengan saya, sedang mencari pekerjaan. Selain itu juga saya sudah mulai bosan berada di rumah, tidak melakukan apa-apa, malah kebanyakan tidur dan sedikit demi sedikit saya sudah lupa apa-apa yang saya pelajari duli di bangku kuliah. Saya dan icha pun mulai membuat lamaran, baik lewat email maupun lewat pos. Kami tinggal menunggu panggilan. Posisi seperti ini sebenarnya yang bikin jadi semakin galau, coba kalau belum ada mengirim lamaran, pasti saya tidak akan menanti-nanti ada panggilan atau merasa kecewa karena sudah berbulan-bulan tidak dipanggil. Alhamdulillah beberapa minggu setelah pengiriman lamaran, ada yang menelepon saya, mereka dari perusahaan N di medan, mereka bilang mereka tertarik dengan portofolio saya. Mereka ingin mengundang saya wawancara, sebelumnya mereka juga menanyakan status dan gaji yang saya harapkan. Saya bilang saja seperti yang teman-teman saya bilang, ternyata menurut mereka sebagai freshgraduate, gaji yang saya minta terlalu tinggi. Dan tiba-tiba mereka seperti meragukan kemampuan saya, mereka mencoba meyakinkan bahwa yang ada di portofolio tersebut benar-benar hasil karya saya atau tidak, saya benar-benar bisa menjalankan aplikasinya tidak, dan dengan polosnya saya menjawab bahwa saya bisa menjalankan aplikasinya tapi ada beberapa saya yang masih belum mahir. Sudah level belum berpengalaman minta gaji ketinggian, ketika ditanya kemampuan ternyata tidak mahir, mana saya juga pada saat itu grogi menjawab mereka, karena baru pertamakali, yasudahlah mungkin dia jadi tidak terkesan terhadap saya. Diakhir kata dia mengatakanakan akan menghubungi saya kembali untuk memberitahu panggilan wawancara dan sampai sekarang tidak ada panggilan lagi dari mereka. 

berkas-berkas ini dan itu~


Jujur saja saya tidak terlalu berharap bekerja pada saat itu sehingga tidak apa-apa gagal wawancara kemarin (menyenangkan diri). Sebenarnya saya sedang dalam proyek pembuatan skrip untuk mengikuti beasiswa jurusan perfilman di jakarta pada saat itu. Saya memang sangat berminat di bidang perfilman sejak saya masih di bangku taman kanak-kanak. Walaupun minat profesi saya dibidang itu berubah-ubah sejak tk, dari pengen jadi pemain sinetron sampai sekarang saya memutuskan untuk tertarik menjadi screenwriter.  Karena dalam keadaan sedang mengikuti tahap-tahap untuk mendapatkan beasiswa, membuat saya tidak yakin untuk memasukkan lamaran kerja. Takut kalau ada yang manggil wawancara dan tiba-tiba saya lolos, hilanglah sudah impian saya untuk berada di bidang perfilman. Tapi akhirnya saya bisa berpikir jernih lagi. Selama pembuatan skrip saya masih terus memasukkan lamaran kerja, kalau saya memang harus mendapatkan pekerjaan berarti memang belum rezeki saya mendapatkan beasiswa tersebut. Sebagai syarat saya untuk mengikuti beasiswa saya harus hadir di salah satu workshop yang mereka adakan dan workshop terakhir adalah bertepatan pada hari pengumpulan. Mau tidak mau saya harus ke jakarta. Alhamdulillah sekali, sebelum hari pengumpulan skrip tersebut saya mendapatkan panggilan wawancara yang kebetulan tempatnya di jakarta. Jadi tujuan saya tidak hanya satu saja, selain itu saya juga pengen refreshing!
 

Saya melakukan wawancara di perusahaan yang bergerak di bidang interior.  Saya sedikit minder juga dengan pewawancara lainnya karena mereka berasal dari angkatan yang lebih muda dari saya. terlebih lagi mereka memang dari jurusan interior. Alhamdulillahnya mereka baik-baik.  Banyak pengalaman yang saya dapatkan selama wawancara. Saya sepertinya memang tidak lolos dalam wawancara ini karena sudah sebulan setelah lebaran belum ada panggilan juga. Saya wawancara pada saat bulan puasa dan seminggu lagi akan lebaran. Saya rasa kalau saya memang lolos saya akan dipanggil seminggu atau dua minggu setelah lebaran, tapi sepertinya saya masih belum beruntung.  Disela-sela waktu menunggu wawancara di perusahan tadi saya mendapatkan sms dari perusahaan lain untuk hadir di kantor mereka, saya sedikit tersenyum. Alhamdulillah ada panggilan wawancara lagi dan beruntungnya saya masih di jakarta. Saya memang sengaja mau mencoba peruntungan di ibu kota. Saya ingin mencoba suasana baru dalam kehidupan saya. sepertinya saya memang hobi berpindah-pindah dari sejak kecil, waktu tk saja saya sudah terbiasa menginap di rumah saudara saya yang jaraknya lumayan jauh dari rumah oranggtua saya, begitu juga pada saat sekolah, SD-SMP saya masih di siantar, kemudian saya merasa ingin melanjutkan SMA ke medan, setelah tamat SMA saya memilih kuliah di Palembang (sebenarnya karena merasa tidak yakin untuk memilih perguruan tinggi di kota lain). Memang masih di Indonesia saja, kalau mimpi lebih besar lagi sih, Saya pengen ke luar negeri. Bukan ingin sok gaya-gayaan atau ikut-ikutan tren, selain untuk mengubah mindset juga tapi karena saya ingin menumbuhkan rasa cinta saya pada tanah kelahiran saya ini. konon katanya, kalau kita sudah pernah keluar dari suatu negara dan tinggal beberapa waktu di negara lain, maka akan menumbuhkan rasa rindu dan cinta kepada negara asal kita. Mungkin karena banyak perbedaan dan hal-hal yang  dirasa tidak cocok dengan bangsa kita. Saya yakin sekali, berpergian membuat orang menjadi memiliki pikiran yang luas dan tidak sombong.


Yup! Kembali ke cerita semula. Sayapun datang ke kantor tempat wawancara kedua saya. saya agak terkejut karena pewawancara yang datang berbeda dengan perusahaan yang kemarin, dominan orang tua dan sepertinya sudah sangat berpengalaman, makin ciutlah saya. tapi saya cuek saja dan duduk paling depan. Akhirnya datang juga pewawancara yang menurut perkiraan saya masih seumuran saya. tiba-tiba mbak-mbak seksi pake baju terusan sepaha tanpa celana datang membawa kertas. Kami disuruh mengisi data dan kemudian menjawab kertas yang berisikan soal psikotes. Kemudian memberikan kertas lain dengan soal psikotes juga. Awal-awalnya sih masih oke-oke aja, mungkin wawancara yang ini agak lain. Sampai datanglah om-om dengan rambut klimis berpakain rapi dengan suara lantang dan wajah sumringah menyapa kami. “selamat pagi semuanya!”, suara khas para motivator, dan ternyata dia memang motivator. Loh?! Buat apa?! Ternyata kami para pelamar di coaching terlebih dahulu. Ohhhhh... jujur, saya paling tidak suka cara seperti ini. dia meminta kami untuk mempromosikan diri kami dan menceritakan apa saja kelebihan kami.  cara ini Cuma membuat orang memamerkan diri dan membuat orang seperti saya semakin ciut. Trus si om klimis tadi nambahin kata-kata, “bagi yang merasa tidak sanggup atau minder mengikuti kegiatan ini, dipersilahkan pulang. Tidak ada pemaksaan kok ”, masih dengan senyuman sumringah tapi menurutku menjijikkan! Saya semakin kerdil mendengarkan promosi pewawancara lain, bahwa mereka sudah pernah melakukan proyek ini-itu, bekerja di perusahaan ini-itu, ada yang baru lulus tapi pengalamannya udah banyak, dan lain-lain. Dan yang saya kira sebaya saya tadi ternyata mereka angkatan dibawah saya. oke fine! Saya sudah malas melihat diri saya sendiri. Apalah artinya saya yang angkatan lebih tua tapi belum memiliki pengalaman proyek sedikitpun dan berasal dari universitas yang mungkin hanya sedikit orang yang tau. Damn! Saya ingin pulang tapi akan lebih mempermalukan diri saya sendiri apabila saya menyerah begitu saja, jadi saya memutuskan untuk tetap berada di lingkungan yang enggak banget menurut saya, untuk dijadikan pengalaman. Siapa tahu saya mendapatkan keadaan seperti ini lagi dan pola pikir saya sudah berubah, paling tidak saya tau bagaimana prosedurnya. Saya bertahan untuk tidak mempromosikan diri saya. sampai pertanyaan dari si om klimis ini sudah lari dari konteks. Senang juga waktu si om klimis disindir sama pewawancara yang tadinya aktif menjadi diam. Si om klimis nanya kenapa si bapak tadi menjadi pendiam, terus si bapak menjawab, “diluar dari konteks aja, ini sudah privasi, karena kan gak semua orang senang menceritakan kesalahannya.” Wow!  Saya setuju sekali dengan si bapak, tapi saya juga kurang suka dengan tipe orang kayak bapak tadi, dia sedikit sombong. Pokoknya pada saat itu semua orang salah dimata saya, padahal sebenarnya yang salah ada pada diri saya sendiri. Yah namanya motivator berpengalaman, pasti si om klimis punya banyak sangkalan-sangkalan untuk menanggapi berbagai pernyataan yang nantinya membuat orang lain berpikir, “bener juga sih”. Oalah om klimis, saya sudah muak sekali sebenarnya melihat dia selama dua jaman. Akhirnya pulang juga, saya sudah tidak perduli lagi mau dipanggil untuk ke tahap wawancara atau tidak, yang paling penting saya ingin keluar dari ruangan dan segera pulang untuk menyelesaikan skrip yang tinggal dua hari lagi deadline.

DEADLINE!
Skrip sudah selesai dan tinggal dikumpulkan. Saya datang ke sekolahnya yang berada di lantai 6 sebuah mall. Lumayan juga sekolahnya berada di dalam mall, jadi bisa sekalian jalan-jalan dan cuci mata setelah stress dan muak ngeliat si om klimis kemarin. Saya seperti merasakan sebuah kehidupan yang selama ini saya impikan ketika saya memasuki sekolah tersebut. Saya merasa berada disekelililing orang-orang yang memiliki minat dan mimpi yang sama. Saya merasa sangat percaya diri. Saya mendapatkan kenalan bernama, Siti , dia masih kelas 2 SMA, dan pengalamannya di dunia film lumayan juga.  Tapi hal tersebut tidak membuat saya ciut, saya malah jadi akrab sama dia. Awal dibentuk sekolah ini khusus untuk program audio engineering, tapi kemudian memiliki program-program baru salah satunya film production, mengingat adanya hubungan diantara kedua program tersebut. Movie need Music. Music need Movie. Saya mengelilingi sekolahnya yang tidak begitu besar, ada ruang audio engineering seperti studio rekaman musik, ruang live performance, ruang kuliah, ruang animasi dan ruang penunjang lainnya. Saya sudah mengumpulkan karya saya dan masuk ke ruang workshop. Workshopnya bertemakan pembuatan animasi, saya kurang tertarik dengan ini tapi sebagai salah satu syarat yasudah saya ikuti saja.  Workshop selesai beberapa saat sebelum berbuka puasa, mereka juga sudah menyiapkan bukaan bagi yang berpuasa. Sayapun berbuka puasa sambil berbincang-bincang dengan Siti dan kami berpisah, saya menemui kakak mama Saya,biasa saya panggil mami, untuk segera pulang. Kalau karya saya berhasil memukau juri, tahap selanjutnya adalah wawancara untuk memenangkan tiket beasiswa penuh dengan kuota 6 orang, sisanya 15 orang mendapatkan beasiswa separuh. Saya berharapnya mendapatkan tiket beasiswa penuh, karena beasiswa setengah tetap saja tidak sanggup. Sebulan menanti, tiba juga hari pengumuman, saya kurang beruntung dan saya tidak bisa lanjut ke tahap manapun. Tapi si Siti lolos tahap wawancara, saya mengucapkan selamat dan semoga aja dia lolos sampai tahap akhir, jadikan saya bisa tanya-tanya sama dia. :) 

 

Dan setelah pengumuman itu, back to the drawing board!
0