when thinking cannot SOLVE your PROBLEM, REMEMBER a sincere DUA can.

Monday, September 09, 2013

i am NOW.. (1)

Ya saya sekarang sedang galau karena saya sudah enam bulan menganggur setelah lulus dari jurusan teknik arsitektur bulan maret 2013 kemaren. Mungkin sebagian anda berpikiran saya terlalu berlebihan, baru enam bulan saja sudah galau, bagaimana dengan orang yang sudah bertahun-tahun belum juga mendapatkan pekerjaan. Tetapi masalah saya bukan sampai disitu saja. Ada bumbu-bumbu lain yang menambah galau naik setingkat menjadi stress dan kemudian sempat timbul pikiran bahwa aku ini tidak berguna.


Hal ini karena setelah lulus saya langsung pulang kampung ke siantar, pikiran saya waktu itu hanya ingin berkumpul bersama keluarga dan ingin jauh-jauh dari yang namanya kehidupan kampus. Waktu ditanya soal pekerjaan sama orang-orang, saya bilang saya mau santai dulu sebentar. Ternyata jadinya agak kelamaan. Kenapa? Karena teman-teman yang lulusnya barengan sama saya sudah memiliki pekerjaan semua, mereka memang sudah komitmen setelah lulus langsung cari kerja. Dan bahkan teman yang lulusnya periode setelah saya sudah ada yang bekerja! Oh my god! Saya senang mendengar kabar dari mereka, karena mereka juga teman-teman saya. Tapi di dalam hati kecil ini seperti ingin berteriak. Aku iri sekali. Kenapa aku belum? Ya jelas belum, Saya menjawab sendiri pertanyaan tadi. Saya tidak melamar kemanapun pada saat itu. Memang pada saat itu saya masih santai saja, ngapain saya berharap dapat panggilan kerja sedangkan saya tidak melamar kemanapun.


Sampailah Saya berpikiran untuk memulai mencari pekerjaan baik di internet maupun koran. Ini juga karena ada ajakan dari icha, saudara saya yang statusnya sama dengan saya, sedang mencari pekerjaan. Selain itu juga saya sudah mulai bosan berada di rumah, tidak melakukan apa-apa, malah kebanyakan tidur dan sedikit demi sedikit saya sudah lupa apa-apa yang saya pelajari duli di bangku kuliah. Saya dan icha pun mulai membuat lamaran, baik lewat email maupun lewat pos. Kami tinggal menunggu panggilan. Posisi seperti ini sebenarnya yang bikin jadi semakin galau, coba kalau belum ada mengirim lamaran, pasti saya tidak akan menanti-nanti ada panggilan atau merasa kecewa karena sudah berbulan-bulan tidak dipanggil. Alhamdulillah beberapa minggu setelah pengiriman lamaran, ada yang menelepon saya, mereka dari perusahaan N di medan, mereka bilang mereka tertarik dengan portofolio saya. Mereka ingin mengundang saya wawancara, sebelumnya mereka juga menanyakan status dan gaji yang saya harapkan. Saya bilang saja seperti yang teman-teman saya bilang, ternyata menurut mereka sebagai freshgraduate, gaji yang saya minta terlalu tinggi. Dan tiba-tiba mereka seperti meragukan kemampuan saya, mereka mencoba meyakinkan bahwa yang ada di portofolio tersebut benar-benar hasil karya saya atau tidak, saya benar-benar bisa menjalankan aplikasinya tidak, dan dengan polosnya saya menjawab bahwa saya bisa menjalankan aplikasinya tapi ada beberapa saya yang masih belum mahir. Sudah level belum berpengalaman minta gaji ketinggian, ketika ditanya kemampuan ternyata tidak mahir, mana saya juga pada saat itu grogi menjawab mereka, karena baru pertamakali, yasudahlah mungkin dia jadi tidak terkesan terhadap saya. Diakhir kata dia mengatakanakan akan menghubungi saya kembali untuk memberitahu panggilan wawancara dan sampai sekarang tidak ada panggilan lagi dari mereka. 

berkas-berkas ini dan itu~


Jujur saja saya tidak terlalu berharap bekerja pada saat itu sehingga tidak apa-apa gagal wawancara kemarin (menyenangkan diri). Sebenarnya saya sedang dalam proyek pembuatan skrip untuk mengikuti beasiswa jurusan perfilman di jakarta pada saat itu. Saya memang sangat berminat di bidang perfilman sejak saya masih di bangku taman kanak-kanak. Walaupun minat profesi saya dibidang itu berubah-ubah sejak tk, dari pengen jadi pemain sinetron sampai sekarang saya memutuskan untuk tertarik menjadi screenwriter.  Karena dalam keadaan sedang mengikuti tahap-tahap untuk mendapatkan beasiswa, membuat saya tidak yakin untuk memasukkan lamaran kerja. Takut kalau ada yang manggil wawancara dan tiba-tiba saya lolos, hilanglah sudah impian saya untuk berada di bidang perfilman. Tapi akhirnya saya bisa berpikir jernih lagi. Selama pembuatan skrip saya masih terus memasukkan lamaran kerja, kalau saya memang harus mendapatkan pekerjaan berarti memang belum rezeki saya mendapatkan beasiswa tersebut. Sebagai syarat saya untuk mengikuti beasiswa saya harus hadir di salah satu workshop yang mereka adakan dan workshop terakhir adalah bertepatan pada hari pengumpulan. Mau tidak mau saya harus ke jakarta. Alhamdulillah sekali, sebelum hari pengumpulan skrip tersebut saya mendapatkan panggilan wawancara yang kebetulan tempatnya di jakarta. Jadi tujuan saya tidak hanya satu saja, selain itu saya juga pengen refreshing!
 

Saya melakukan wawancara di perusahaan yang bergerak di bidang interior.  Saya sedikit minder juga dengan pewawancara lainnya karena mereka berasal dari angkatan yang lebih muda dari saya. terlebih lagi mereka memang dari jurusan interior. Alhamdulillahnya mereka baik-baik.  Banyak pengalaman yang saya dapatkan selama wawancara. Saya sepertinya memang tidak lolos dalam wawancara ini karena sudah sebulan setelah lebaran belum ada panggilan juga. Saya wawancara pada saat bulan puasa dan seminggu lagi akan lebaran. Saya rasa kalau saya memang lolos saya akan dipanggil seminggu atau dua minggu setelah lebaran, tapi sepertinya saya masih belum beruntung.  Disela-sela waktu menunggu wawancara di perusahan tadi saya mendapatkan sms dari perusahaan lain untuk hadir di kantor mereka, saya sedikit tersenyum. Alhamdulillah ada panggilan wawancara lagi dan beruntungnya saya masih di jakarta. Saya memang sengaja mau mencoba peruntungan di ibu kota. Saya ingin mencoba suasana baru dalam kehidupan saya. sepertinya saya memang hobi berpindah-pindah dari sejak kecil, waktu tk saja saya sudah terbiasa menginap di rumah saudara saya yang jaraknya lumayan jauh dari rumah oranggtua saya, begitu juga pada saat sekolah, SD-SMP saya masih di siantar, kemudian saya merasa ingin melanjutkan SMA ke medan, setelah tamat SMA saya memilih kuliah di Palembang (sebenarnya karena merasa tidak yakin untuk memilih perguruan tinggi di kota lain). Memang masih di Indonesia saja, kalau mimpi lebih besar lagi sih, Saya pengen ke luar negeri. Bukan ingin sok gaya-gayaan atau ikut-ikutan tren, selain untuk mengubah mindset juga tapi karena saya ingin menumbuhkan rasa cinta saya pada tanah kelahiran saya ini. konon katanya, kalau kita sudah pernah keluar dari suatu negara dan tinggal beberapa waktu di negara lain, maka akan menumbuhkan rasa rindu dan cinta kepada negara asal kita. Mungkin karena banyak perbedaan dan hal-hal yang  dirasa tidak cocok dengan bangsa kita. Saya yakin sekali, berpergian membuat orang menjadi memiliki pikiran yang luas dan tidak sombong.


Yup! Kembali ke cerita semula. Sayapun datang ke kantor tempat wawancara kedua saya. saya agak terkejut karena pewawancara yang datang berbeda dengan perusahaan yang kemarin, dominan orang tua dan sepertinya sudah sangat berpengalaman, makin ciutlah saya. tapi saya cuek saja dan duduk paling depan. Akhirnya datang juga pewawancara yang menurut perkiraan saya masih seumuran saya. tiba-tiba mbak-mbak seksi pake baju terusan sepaha tanpa celana datang membawa kertas. Kami disuruh mengisi data dan kemudian menjawab kertas yang berisikan soal psikotes. Kemudian memberikan kertas lain dengan soal psikotes juga. Awal-awalnya sih masih oke-oke aja, mungkin wawancara yang ini agak lain. Sampai datanglah om-om dengan rambut klimis berpakain rapi dengan suara lantang dan wajah sumringah menyapa kami. “selamat pagi semuanya!”, suara khas para motivator, dan ternyata dia memang motivator. Loh?! Buat apa?! Ternyata kami para pelamar di coaching terlebih dahulu. Ohhhhh... jujur, saya paling tidak suka cara seperti ini. dia meminta kami untuk mempromosikan diri kami dan menceritakan apa saja kelebihan kami.  cara ini Cuma membuat orang memamerkan diri dan membuat orang seperti saya semakin ciut. Trus si om klimis tadi nambahin kata-kata, “bagi yang merasa tidak sanggup atau minder mengikuti kegiatan ini, dipersilahkan pulang. Tidak ada pemaksaan kok ”, masih dengan senyuman sumringah tapi menurutku menjijikkan! Saya semakin kerdil mendengarkan promosi pewawancara lain, bahwa mereka sudah pernah melakukan proyek ini-itu, bekerja di perusahaan ini-itu, ada yang baru lulus tapi pengalamannya udah banyak, dan lain-lain. Dan yang saya kira sebaya saya tadi ternyata mereka angkatan dibawah saya. oke fine! Saya sudah malas melihat diri saya sendiri. Apalah artinya saya yang angkatan lebih tua tapi belum memiliki pengalaman proyek sedikitpun dan berasal dari universitas yang mungkin hanya sedikit orang yang tau. Damn! Saya ingin pulang tapi akan lebih mempermalukan diri saya sendiri apabila saya menyerah begitu saja, jadi saya memutuskan untuk tetap berada di lingkungan yang enggak banget menurut saya, untuk dijadikan pengalaman. Siapa tahu saya mendapatkan keadaan seperti ini lagi dan pola pikir saya sudah berubah, paling tidak saya tau bagaimana prosedurnya. Saya bertahan untuk tidak mempromosikan diri saya. sampai pertanyaan dari si om klimis ini sudah lari dari konteks. Senang juga waktu si om klimis disindir sama pewawancara yang tadinya aktif menjadi diam. Si om klimis nanya kenapa si bapak tadi menjadi pendiam, terus si bapak menjawab, “diluar dari konteks aja, ini sudah privasi, karena kan gak semua orang senang menceritakan kesalahannya.” Wow!  Saya setuju sekali dengan si bapak, tapi saya juga kurang suka dengan tipe orang kayak bapak tadi, dia sedikit sombong. Pokoknya pada saat itu semua orang salah dimata saya, padahal sebenarnya yang salah ada pada diri saya sendiri. Yah namanya motivator berpengalaman, pasti si om klimis punya banyak sangkalan-sangkalan untuk menanggapi berbagai pernyataan yang nantinya membuat orang lain berpikir, “bener juga sih”. Oalah om klimis, saya sudah muak sekali sebenarnya melihat dia selama dua jaman. Akhirnya pulang juga, saya sudah tidak perduli lagi mau dipanggil untuk ke tahap wawancara atau tidak, yang paling penting saya ingin keluar dari ruangan dan segera pulang untuk menyelesaikan skrip yang tinggal dua hari lagi deadline.

DEADLINE!
Skrip sudah selesai dan tinggal dikumpulkan. Saya datang ke sekolahnya yang berada di lantai 6 sebuah mall. Lumayan juga sekolahnya berada di dalam mall, jadi bisa sekalian jalan-jalan dan cuci mata setelah stress dan muak ngeliat si om klimis kemarin. Saya seperti merasakan sebuah kehidupan yang selama ini saya impikan ketika saya memasuki sekolah tersebut. Saya merasa berada disekelililing orang-orang yang memiliki minat dan mimpi yang sama. Saya merasa sangat percaya diri. Saya mendapatkan kenalan bernama, Siti , dia masih kelas 2 SMA, dan pengalamannya di dunia film lumayan juga.  Tapi hal tersebut tidak membuat saya ciut, saya malah jadi akrab sama dia. Awal dibentuk sekolah ini khusus untuk program audio engineering, tapi kemudian memiliki program-program baru salah satunya film production, mengingat adanya hubungan diantara kedua program tersebut. Movie need Music. Music need Movie. Saya mengelilingi sekolahnya yang tidak begitu besar, ada ruang audio engineering seperti studio rekaman musik, ruang live performance, ruang kuliah, ruang animasi dan ruang penunjang lainnya. Saya sudah mengumpulkan karya saya dan masuk ke ruang workshop. Workshopnya bertemakan pembuatan animasi, saya kurang tertarik dengan ini tapi sebagai salah satu syarat yasudah saya ikuti saja.  Workshop selesai beberapa saat sebelum berbuka puasa, mereka juga sudah menyiapkan bukaan bagi yang berpuasa. Sayapun berbuka puasa sambil berbincang-bincang dengan Siti dan kami berpisah, saya menemui kakak mama Saya,biasa saya panggil mami, untuk segera pulang. Kalau karya saya berhasil memukau juri, tahap selanjutnya adalah wawancara untuk memenangkan tiket beasiswa penuh dengan kuota 6 orang, sisanya 15 orang mendapatkan beasiswa separuh. Saya berharapnya mendapatkan tiket beasiswa penuh, karena beasiswa setengah tetap saja tidak sanggup. Sebulan menanti, tiba juga hari pengumuman, saya kurang beruntung dan saya tidak bisa lanjut ke tahap manapun. Tapi si Siti lolos tahap wawancara, saya mengucapkan selamat dan semoga aja dia lolos sampai tahap akhir, jadikan saya bisa tanya-tanya sama dia. :) 

 

Dan setelah pengumuman itu, back to the drawing board!
0

0 comments:

Post a Comment