Bismillah..
7. Membuang Gambar-gambar Makhluk Bernyawa
Karena dalam islam tidak boleh ada gambar makhluk bernyawa baik itu
menggantung gambar orang atau gambar-gambar yang ada pada pernak-pernik rumah
tangga, misalnya selimut, gelas, sarung bantal, dll maka saya pun mulai
menyingkirkn segala hal yang ada gambar makhluk bernyawanya.
Menanggalkan photo-photo yang terpajang di kamar (tapi yang di ruang tamu
keluarga belum, karena mama belum paham dan ini adalah rumah mama, bisa di
sidang, perlahaan ngasi taunya~) padahal ya kalau kita memajang gambar makhluk
hidup di rumah kita, malaikat tidak mau masuk.
Dalam
hadits muttafaqun ‘alaih disebutkan
bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
”Para malaikat tidak akan masuk
ke rumah yang terdapat gambar di dalamnya (yaitu gambar makhluk hidup
bernyawa)”
(HR. Bukhari 3224 dan
Muslim no. 2106)
Paling tidak untuk di kamar sendiri sudah dibuangin apa-apa yang
menyebakan malaikat enggan mengahampiri rumah kita. Pada saat di kosan saya mempunyai sebuah selimut yang bergambar seorang
wanita, lengkap mata, hidung, bibir, tangan dan kakinya. Karena saya takut
sekali malaikat tidak mau ke kamar saya , maka saya pun memotong semua bagian
kepala gambar tersebut. Agak ngeri sih pas liat potongan-potongan kepala begitu
saya mau buang. Hahaha seperti psikopat kata adek Saya. Bukanloh dek, ini demi
menjalankan syariat Allah. Karena memang katanya tak mengapa kalau kita
menggambar, tapi tidak boleh lengkap, karena kalau lengkap itu sama saja menyerupai kemampuan
Allah yaitu menciptakan, apalagi kalau kita gambarnya sama persis.
Dalam
hadits lain, Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda,
“Gambar itu adalah kepala, jika kepalanya
dihilangkan maka tidak lagi disebut gambar.”
(HR.
Al-Baihaqi 7/270. Syaikh Al Albani mengatakan hadits ini shahih dalam As
Silsilah Ash Shohihah no. 1921)
Kelak kita akan dimintai pertanggungjawaban atas nyawa
gambar-gambar yang kita buat tersebut.
Dari
Ibnu, dia berkata,
“Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda, "Siapa yang menggambar suatu
gambar dari sesuatu yang bernyawa di dunia, maka dia akan diminta untuk
meniupkan ruh kepada gambarnya itu kelak di hari akhir, sedangkan dia tidak
kuasa untuk meniupkannya.’”
(HR. Bukhari)
8. Kegiatan yang Sia-sia
Ini memang masih sulit untuk mengetahui mana pekerjaan yang sia-sia dan
mana yang bermanfaat. Yang pasti segala sesuatu yang orientasinya akhirat tidak
akan menjadi sia-sia, menjadi lebih rajin beribadah dan berbakti kepada orang
tua misalnya disuruh bantuin ini-itu.
Nah mungkin perkara yang sia-sia ini
misalnya menonton televisi yang acaranya tidak mendidik, ngobrol ngalor ngidul
gak jelas, haha hihi tapi ghibah, begadang sampai kesiangan bangun sehingga
ketinggalan subuh, pokoknya segala sesuatu yang bisa membuang waktu dengan
percuma.
Memang ada sih beberapa kegiatan yang mubah, tidak mengapa dikerjakan
tapi tidak mendatangkan pahala, alangkah baiknya kalau kita melakukan sesuatu
yang bisa mendatangkan pahala. Semoga menulis blog bukanlah bagian dari perkara
yang sia-sia ya..
Bukan berarti jadi tidak mikirin dunia ya, kan kita disuruh zuhud. Zuhud
itu adalah bisa lihat disini. (Kurang pandai dalam menjelaskannya hehe).
Jadi
sebenarnya untuk urusan dunia dan akhirat itu harus bisalah dilakukan sesuai
porsinya. Jangan sampai terlalu mikirin dunia, sehingga lupa urusan akhirat tapi
jangan sampai lupa pula dengan urusan di dunia karena apa-apa yang kita lakukan
di dunia ini nantinya kan untuk investasi di akhirat.
Jadi jangan sampai
kejadian, tidak mau bekerja lagi karena mau fokus ibadah, justru kerja bisa
bernilai ibadah loh apabila dilakukan dengan ikhlas untuk menafkahi keluarga, kalau gak
kerja gimana mau punya penghasilan, tidak bisa sedekah dong, padahal kan kita
semua tau betapa dahsyatnya pengaruh bersedekah sebagai amal jariyah kita kalau
kita sudah meninggal nanti.
Atau sampai meninggalkan dan menelantarkan keluarga
karena ingin bertapa di suatu hutan agar bisa mendapatkan esensi khusyuk dalam
mendekatkan diri kepada Allah, nah kalau sudah sampai nyeleneh dan di luar dari
syariat Allah harus kita perhatikan lagi, mungkin ada salah pengertian dalam
memahami zuhud.
Kita masih bisa kok berhubungan dengan hal duniawi dan tidak harus
mengasingkan diri dari orang banyak. Agama Islam tidak pernah memberatkan kok
asal niat kita ikhlas semata-mata karena Allah. Go Hijrah!~
9.
You are what you eat, keep it Halal!
Sebelumnya saya memang sudah sangat perhatian sekali dengan masalah
makanan halal dan haram tapi memang masih suka tergoda sedikit sama makanan
yang unik-unik. Apalagi kalau sama makanan korea (ceritanya kan dulu kpopers),
suka lupa ngecek halal dan haramnya, kalau ada yang pakai hijab makan di tempat
tersebut mikirnya pasti halal deh, padahal tidak semua orang yang berhijab
konsen akan halal-haramnya suatu makanan. Malah ada yang pernah bilang “ kalau
sudah baca Bissmillah, In syaa Allah halal jadinya”.. Subhanallah~~~ gak gitu
juga kaliiii..
Memang kita gak mungkin juga mengecek sampai ke dapur gimana proses
pembuatannya, pakai daging apa, motongnya baca Bissmillah apa enggak, tapi kan
paling tidak kita bisa bertanya sama penjualnya akan status kehalalan makanan
tersebut dan minta diperlihatkan sertifikat halalnya untuk lebih meyakinkan.
Nah kalau dari merekanya bilang halal ternyata gak halal, tapi kita
sudah makan, yaudah deh itu jadi tanggung jawab mereka kelak sama Allah. Tapi
kadang meskipun mereka bilang halal, kalau masih ada sedikit keraguan dalam
diri kita mending gak usah aja makan di tempat tersebut. Biasanya kan kita
nanya sama kasir ya, yah dia kan kerjanya di depan mana tau sama keadaan di
dapur, yah bisa-bisa aja biar cepat dan dagangannya laku bilangnya Halal.
Bukannya suudzon, tapi ya untuk lebih berhati-hati, karena sesuatu yang syubhat
itu lebih baik ditinggalkan.
Karena ternyata ya makanan yang masuk ke tubuh kita berpengaruh sama
akhlak kita bahkan berpengaruh pada terkabul tidaknya doa kita. Subhanallah....
Dari Abu Hurairah, Nabi shallallahu ‘alaihi
wa sallam bersabda,
“Wahai sekalian manusia,
sesungguhnya Allah itu thoyyib (baik). Allah tidak akan menerima sesuatu
melainkan dari yang thoyyib (baik). Dan sesungguhnya Allah telah memerintahkan
kepada orang-orang mukmin seperti yang diperintahkan-Nya kepada para Rasul.
Firman-Nya: ‘Wahai para Rasul! Makanlah makanan yang baik-baik (halal) dan
kerjakanlah amal shalih. Sesungguhnya Aku Maha Mengetahui apa yang kamu
kerjakan.’ Dan Allah juga berfirman: ‘Wahai orang-orang yang beriman! Makanlah
rezeki yang baik-baik yang telah kami rezekikan kepadamu.'” Kemudian Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam menceritakan tentang seorang laki-laki yang telah
menempuh perjalanan jauh, sehingga rambutnya kusut, masai dan berdebu. Orang
itu mengangkat tangannya ke langit seraya berdo’a: “Wahai Tuhanku, wahai
Tuhanku.” Padahal, makanannya dari barang yang haram, minumannya dari yang
haram, pakaiannya dari yang haram dan diberi makan dari yang haram, maka
bagaimanakah Allah akan memperkenankan do’anya?”
(HR. Muslim no. 1015)
Tuh kan, perintah Allah loh. Sudah lah ya sebagai muslim ikutin syariat
Allah saja. Meskipun makanan yang haram itu katanya enak, ingat itu cuma di dunia, kita di dunia cuma sebentar kok. Selalu
berusaha cari yang Halal, karena nanti balasannya bisa dapat makanan yang
paling paling paling paling enak di surga, bahkan di surga khamar bisa jadi
halal. Masya Allah~
“perumpamaan
(penghuni) surga yang dijanjikan kepada orang-orang yang bertakwa yang di
dalamnya ada sungai-sungai dari air yang tiada berubah rasa dan baunya,
sungai-sungai dari air susu yang tidak berubah rasanya, sungai-sungai dari
khamar yang lezat rasanya bagi peminumnya..”
(QS.
Muhammad: 15)
So, deletelah sikap asal-asalan dalam memilih makanan, apalagi kata-kata
“ asal gak ada tulisan haramnya, ya gpp makan aja” zzzzzzzz
Semua pilihan ada di kita, Mau pilih makanan enak di tempat yang
sementara atau makanan yang enak banget di tempat yang kekal?
Tulisan ini hanya ingin mengajak bagi siapa saja yang tidak sengaja kecemplung membaca postingan ini sampai akhir agar lebih memahami agama islam dan mengetahui syariat-syariat Allah (khususnya bagi yang muslim) dan juga sebagai muhasabah bagi diri Saya sendiri agar bisa menjadi muslimah yang lebih baik lagi serta bisa Istiqomah.
Semoga tulisan ini bermanfaat bagi yang membacanya. Apabila ada salah-salah kata itu letaknya ada pada saya, karena manusia adalah tempatnya salah dan khilaf dan kebenaran hanya bagi Allah.
Semoga kita semua selalu dalam Lindungan Allah Subhanahu Wa Ta'ala.
(masih bersambung ternyata) *alamak sinetron beneran ini*
0 comments:
Post a Comment