Masih kecewa sama hasil si brokusapi sebelumnya tapi penasaran, mau tau
letak salahnya dimana. Kebetulan kan ada di kasih kopi satu lagi dari perasaan yang
kedua, Maka saya membuat brokusapi lagi menggunakan kopi tersebut. Dengan bahan
dan cara yang sama , tapi kali ini menggunakan Loyang yang berbeda, agak lebih
lebar medianya.
Singkat cerita, ketika mau masukin adonan untuk lapisan tengah, kirain
lapisan bawah udah mateng taunya dia menipu mata Saya, bagian dalamnya masih
sangat cair, sehingga begitu saya masukkan untuk apisan tengah, dia jeblos!
Jadilah tercapur lapisan bawah dan tengah, daripada pusing-pusing, saya
sekaliankan saja masukin adonan yang niatnya untuk lapisan terakhir. Sudah
pupus harapan mau bikin brownies ada tiga lapisan. Biarlah mereka bersatu padu
di dalam Loyang dan menemui nasibnya di pengukusan. Apakah berhasil atau tidak.
Sayapun mengukusnya selama 50 menit. Setelah itu saya membuka tutup
dandang, dan mengecek kematangan kue dengan menusuk-nusukkan lidi dan yakin
kalau kue sudah masak. Maka saya keluarkan Loyang dari kukusan dan berharap
kali ini berhasil, walaupun pembuatannya amburadul. Begitu membalikkan Loyang,
kejadian yang sama terulang, tapi kali ini lebih sedikit bagian yang terpisah,
setengah-setengah. Jadi setengah keluar dari Loyang, dan setengahnya lagi
menetap di dalam Loyang sampai sudah di tepuk-tepuk keras tetap tidak mau
keluar. Akhirnya dilakukanlah pemotongan asal dan paksa agar lapisan bawah bisa
dihidangkan. Mau tau apa yang terjadi, ternyata yang saya kira sudah masak
ketika menusukknya dengan lidi adalah kue bantet, pantes keras banget
waktu mau narik lidinya dan untuk
rasapun agak sedikit lebih pahit dari brokusapi sebelumnya. So Hasilnya masih
gagal, tambah gagal malah. :((
Kata mama vira masaknya mungkin terbebani. Kita kalau masak harus pakai
hati. Kalau tidak hasilnya bisa tidak bagus. Iya kali ya, soalnya khawatir
gagal gara-gara harga si kopi mihil. Eh malah dua-duanya gagal. Kalau dibilang
kepedean karena pernah berhasil sekali juga enggak, setiap kali masak apapun,
mau itu yang kali pertama, atau kali kedua, tetap saja ada perasaan kalau gagal
gimana tapi gak sampai jadi beban. Mama sepertinya melihat guratan kekecewaan
tersebut. (sebenarnya sih gak Nampak kali, Cuma mama sepertinya takut saya jadi
enggan masak-masak lagi). Akhirnya mama suruh masak lagi, tapi pakai kopi dalam
bentuk bubuk, bukan dicairkan, itu ada pengaruhnya pada kekentalan adonan,
mungkin brokusapi gagalnya itu gara-gara kebanyakan air. Harusnya essensnya
saja, paling setetes atau dua tetes tidak sampai berliter-liter (lebhay!).
Karena kopi dari si tulang sudah habis , saya pun pakai kopi sachet si papa. Sampai
bertemu di Eksekusi Brokusapi (Brownies Kukus Rasa Kopi) part III.
0 comments:
Post a Comment